Ecce Ancila
Domini
[ aku ini hamba tuhan ]
Kisahku dimulai di
Kini dua tahun hidupku dari tahun ini telah kuberanikan diri untuk menapaki jalan panggilan Allah Bapa. Aku tak tahu apa yang membuatku hingga berani untuk masuk ke seminari. Mungkin aku termakan oleh omonganku sendiri. Layaknya sebuah kertas yang tertiup angin yang mudah berterbangan hingga kemana-mana, bahkan ke tempat yang tak layak. Mungkin pembicaraan bersama kedua sahabatku di masa SD ku dulu menjadi kenyataan.
Di
Begitu banyak hal yang kami bicarakan, tak sadar bahwa kicauan burung telah menghilang berganti dengan kunang-kunang yang berlalu-lalang disekitar bagaikan ingin ikut ambil bagian dalam perbincangan diantara kami. Kemudian kami mulai menggenakan tas ransel kami dan mulai mengayuh lagi sepeda kami. Sesampai dirumah kucoba masuk dapur ternyata sudah tersedia semangkok mie rebus yang masih mendidih, segera aku mandi dan ingin cepat-cepat menyantap mie rebus tersebut. Pada hari itu sekitar pukul 11 malam aku sudah ingin tidur, dalam lamunan malam yang begitu dingin aku mulai membayangkan kembali pembicaraan aku dengan kedua sahabatku, dan yang masih terngiang dalam telingaku adalah ketika aku dan kedua sahabatku mencoba membuat pernyataan bahwa setelah lulus SMP nanti kami akan masuk keseminari yang berbeda tanpa ada komunikasi diantara kami. Maksudnya kami masuk seminari sesuai panggilan dari Bapa saja. Sehingga ini benar-benar bersifat pribadi.
Perjuanganku selama tiga hari dalam menghadapi ujian sekolah telah kudapatkan hasilnya. Aku lulus dengan nilai yang tak begitu jelek, namun aku bangga. Aku kini berhadapan dengan dua pilihan yaitu apakah aku akan masuk ke Seminari Wacana Bhakti atau SMA Pangudi Luhur 2, karena di dua sekolah itu aku sudah test dan aku diterima. Awalnya aku hanya mencoba mendaftar di Seminari Wacana Bhakti, sedangkan SMA Pangudi Luhur 2 hanya aku jadikan sebagai cadangan. Sehingga aku tak memiliki sekolah pilihanku. Namun pada akhirnya aku memberanikan diriku untuk masuk ke Seminari Wacana Bhakti. Ditengah metropolitan kala dunia menawarkan surganya aku telah memilih satu jalan yaitu berserah kepada Allah Bapa. Tak tahu pantaskah aku menjadi gembala-Nya tetapi aku yakin dan tegar bahwa kuasa kasih-Nya
Selama dua tahun ini aku baru tersadar bahwa aku telah termakan omonganku sendiri ketika kelas 6 SD dulu. Aku sadar mukjizat itu nyata. Thx GOD.
0 Response to " "
Posting Komentar